Best Entries in This Week

Mereka yang Akan Mengemban Masa Depan PSSI

Jusuf Kalla dan Erwin Aksa
 
Pertarungan memperebutkan kursi Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2011-2015 dimulai. Sejak dibuka pada 12 April 2011 lalu, pendaftaran memunculkan sejumlah nama--mulai dari Mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Laksamana Sukardi hingga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa.

Empat nama yang sebelumnya beredar--Nurdin Halid, George Toisutta, Arifin Panigoro, dan Nirwan Dermawan Bakrie--diputuskan FIFA untuk tidak dapat maju ke bursa pemilihan, setelah status mereka sebagai calon dianulir Komite Banding beberapa waktu lalu. Hal itu ditegaskan Direktur Keanggotaan dan Pengembangan Asosiasi FIFA, Thierry Regenass melalui email kepada VIVAnews. "Keempat orang yang dilarang ikut pemilihan (Ketua Umum), tidak akan ikut pemilihan," ia menegaskan. Selengkapnya klik di sini.
Batas akhir pengembalian formulir calon ketua umum yang semestinya jatuh pada Minggu, 17 April, diundur hingga 23 April 2011. Keputusan mendadak ini disampaikan Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar.
Siapa calon terbaik memimpin PSSI?
Berikut profil singkat para calon yang telah mengambil formulir di kantor PSSI. Kepastian siapa yang akan maju nanti, masih harus ditunggu. Soalnya, diperkirakan nama calon masih akan bertambah. Di luar delapan nama berikut, masih ada sejumlah nama lain yang sempat mengambil formulir pencalonan. Mereka adalah: Tahir Mahmud, mantan Manajer PSM; Soparmaru H., anggota Komisi Banding PSSI; Nina Reganata, pengurus Sekolah Sepak Bola Arsenal Indonesia; Tri Nurcahyo, anggota Badan Futsal Nasional PSSI; dan Eddie Pontoh, pengurus Klub Bolaang Mongondow Utara.
1. Erwin Aksa
Banyak pihak melihat Erwin memiliki peluang cukup besar untuk menjabat Ketua Umum PSSI. Sejauh ini, kubu Erwin mengklaim sudah didukung tujuh pemilik suara. Empat suara berasal dari Pengprov di Sulawesi, sedangkan tiga lainnya berasal dari wilayah Papua.
Rekam jejak keponakan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan CEO Bosowa Corporation ini di dunia sepakbola terbilang menarik. Erwin (36 tahun) sempat menjadi manajer PSM Makassar dan menjadi manajer termuda dalam sejarah sepakbola Indonesia. Saat itu usianya baru 24. Erwin bahkan sempat dua kali membawa tim Juku Eja menjadi runner-up Liga Indonesia.

2. Adhan Dambea
Ketua klub Persigo Gorontalo ini adalah juga Walikota Gorontalo. Dia menjadi orang pertama yang mengembalikan formulir pencalonan dirinya sebagai ketua umum ke Sekretariat PSSI. Keseriusan Adhan untuk maju ke bursa pemilihan ketua umum PSSI masih dipertanyakan.

Pasalnya, Adhan mengaku maju sebagai calon ketua umum hanya sebatas alternatif apabila Jenderal TNI George Toisutta tidak bisa maju sebagai calon karena dilarang FIFA. Kalau George bisa kembali mencalonkan, Adhan menyatakan siap mundur.

Beberapa janji Adhan yang sempat dipaparkannya adalah mentargetkan tim nasional Indonesia meraih medali emas di SEA Games 2011 dan akan membubarkan Liga Primer Indonesia (LPI).

3. Laksamana Sukardi
Munculnya nama mantan Menteri BUMN pada Kabinet Gotong Royong era Presiden Megawati Soekarno Putri ini cukup mengejutkan. Pasalnya, selama ini Laksamana tidak pernah berkecimpung dalam dunia sepakbola.

Dia lebih banyak berkecimpung dalam dunia politik. Setelah sempat menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), pria 54 tahun tersebut mendirikan partai sendiri bernama Partai Demokrasi Pembaruan.

Laksamana sempat berurusan dengan Kejaksaan Agung karena dugaan pelanggaran hukum dalam penjualan dua unit kapal tanker atau very large crude carrier (VLCC). Tapi pada bulan Februari 2009, Kejaksaan Agung menghentikan penyidikan kasus itu dengan alasan tidak menimbulkan kerugian negara.

4. Jusuf Rizal

Ambisi Jusuf Rizal untuk menjadi Ketua Umum PSSI sudah dia utarakan sejak lama. Bahkan Presiden Lira (Lumbung Informasi Rakyat) ini sudah mengkampanyekan keinginannya untuk mengambil oper kursi Nurdin Halid sejak tahun lalu.

Jusuf mengklaim sudah mendapat sejumlah dukungan untuk maju. Namun, berapa persisnya jumlah suara itu, dia enggan menyebutkannya. 
Salah satu program utama yang dikampanyekan Jusuf adalah sepakbola profesional tanpa dana APBD.

Jusuf sendiri sempat menjadi bagian dari PSSI. Pada tahun 2004, dia pernah menjabat Direktur Promosi dan Marketing dan Direktur Pembinaan Usia Muda di kepengurusan Nurdin Halid. 

5. Diza Rasyid Ali
Diza merupakan satu-satunya kaum hawa yang mendaftar. Mantan manajer Persija Jakarta itu telah mengembalikan formulir pencalonannya ke kantor PSSI, Jumat siang kemarin, 15 April 2011. Belum diketahui, siapa yang mendukung pencalonannya.

Karir Diza di dunia sepakbola dimulai dengan menjabat Humas Persija dan kemudian menjadi manajer tim Macan Kemayoran. Diza sempat masuk kepengurusan PSSI Pusat sebagai pengurus sepakbola wanita.

Dia juga sempat menjadi Manajer PSM Makassar pada 2004-2005 dan pengurus Pengprov PSSI Sulawesi Selatan sebagai Wakil Ketua Bidang Pembinaan. Saat ini Diza masih menjabat sebagai Direktur Makassar Utama (klub Divisi III).
6. George Toisutta

Sebenarnya, FIFA telah memutuskan bahwa Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta tak lagi boleh masuk bursa pemilihan, bersama tiga calon lainnya. Mereka adalah Nirwan Dermawan Bakrie, Arifin Panigoro, dan Nurdin Halid.

Toh demikian, Pengprov Maluku pada Kamis pekan lalu tetap mencalonkan Pembina PSAD tersebut dan memasukkan formulir pendaftarannya ke kantor PSSI. Hingga kini, status pencalonan George masih menunggu pembicaraan Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar dengan FIFA.
***
Dua kandidat lainnya adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan manajer Pelita Jaya FC, Rahim Soekasah. Nama keduanya digadang-gadang sejumlah pihak, namun hingga berita ini diunggah belum ada satu anggota PSSI pun yang memberi dukungan kepada mereka. Keduanya juga belum mengambil formulir pencalonan.
Bahkan, beredar kabar Sutiyoso ragu maju ke bursa Ketua Umum PSSI setelah pertemuan 101 anggota PSSI diubah mendadak menjadi kongres dan lalu membentuk Komite Pemilihan dan Komite Banding. Hal ini bertabrakan dengan keputusan FIFA, bahwa Komite Normalisasi lah yang otomatis bertindak sebagai Komite Pemilihan.
"Saya ingin menunggu konsistensi keputusan FIFA, bahwa Komite Normalisasi yang seharusnya menjadi Komite Pemilihan," kata Sutiyoso.
 
VIVAnews.com
Share

Artikel Terkait:

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...