Pendeta radikal asal Florida, Terry Jones, menolak meminta maaf dan bertanggung jawab atas gelombang aksi kekerasan yang meletus di Afghanistan dan menewaskan
10 orang yang dipicu ulah edannya membakar Alquran. Dia mengatakan itu hanya alasan semata yang digunakan kaum ekstremis Islam untuk membuat kekacauan.Seperti dilansir Daily Mail, Minggu, 3 Maret 2011, pemimpin Dove World Outreach Center ini bahkan mengatakan tidak akan kapok melakukan aksi-aksi pembakaran serupa di masa mendatang.
"Kami tidak merasa perlu bertanggung jawab," ujarnya. "Kami malah merasa hal ini dijadikan alasan oleh para Muslim radikal. Jika bukan kami yang dijadikan alasan, mereka pasti akan mencari-cari alasan yang lain."
"Apakah aksi kami memprovokasi mereka? Tentu saja. Tapi, apakah provokasi ini dapat menyebabkan kematian?" ujar Jones lagi, sembari menolak meminta maaf.
Pada tahun lalu, Jones telah mengungkapkan niatnya untuk membakar Alquran berbarengan peringatan peristiwa 11 September di New York. Namun, seiring derasnya hujatan dari berbagai penjuru dunia, aksi itu diurungkan.
Namun, diam-diam, Jones jadi juga membakar Alquran pada 20 Maret lalu di hadapan 50 jemaatnya. Tidak ada yang mengetahui aksi Jones ini, sampai Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengungkapkannya pada sebuah kutbah Jumat.
Warga Afghanistan marah dan turun ke jalan pada Jumat pekan lalu. Aksi berakhir rusuh, menewaskan 10 orang warga dan dua orang tentara PBB.
Pada sebuah wawancara dengan televisi ABC, Sabtu kemarin, Jones mengatakan pembakaran dilakukan di gerejanya pada acara bertajuk "Pengadilan Internasional atas Alquran".
"Kami memutuskan untuk mengadili Alquran. Saya adalah hakimnya, tapi bukan saya yang memvonis. Saya semacam wasit yang memberikan kesempatan bagi jemaat untuk membela atau mengutuk Alquran," ujar Jones.
Dia berdalih juri pada pengadilan tersebut adalah warga Florida yang dipilih secara acak.
Karzai mendesak pemerintah AS untuk menangkap Jones dan mengadilinya, serta memastikan kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Karzai juga menuntut kongres AS secara resmi mengutuk tindakan Jones tersebut. Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih maupun kongres AS mengenai hal ini.
Akibat ulahnya ini, Jones telah menjadi musuh bersama warga Amerika dan dunia. Selama beberapa minggu terakhir, dia mengaku mendapat 300 ancaman pembunuhan melalui telepon atau email. FBI bahkan mengatakan ada sebuah kelompok yang menjanjikan hadiah uang sebesar US$2,4 juta, sekitar Rp20 miliar, untuk kepala Jones.
"Saya tidak takut, kami telah mempersenjatai diri," ujar Jones.
September 2010, Terry Jones berencana membakar Alquran. Rencana itu dikecam keras sejumlah negara. Otoritas Katolik Roma di Vatikan menyebut rencana itu sebagai perbuatan tercela. Vatikan mengecam keras dan menyebut sang pendeta sebagai orang yang tidak waras.
Kecaman juga datang dari berbagai organisasi keagamaan di AS, seperti National Association of Evangelicals (NAE – Asosiasi Evangelis Nasional), the Southern Baptist Convention (Konvensi Baptis Selatan), the Anti-Defamation League (Liga Anti-Penghujatan) dan bahkan oleh gereja-gereja lain di Gainesville, Florida. Mereka menyebut aksi itu sebagai reaksi orang yang tidak waras.
Konferensi Wali Gereja (KWI) dan Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) mengecam keras Terry Jones. Mereka menyebut sang pendeta sebagai orang yang berpikiran picik. PGI mengirim surat kepada Presiden Barrack Obama dan mendesaknya agar menindak Terry Jones. Aksi itu sungguh tidak berperikemanusiaan dan melukai hati umat beragama.
• VIVAnews
0 komentar:
Post a Comment