Best Entries in This Week

Poyek Rahasia dibalik NWO ( The Illuminati Card Game) 1995


Pada Tahun 1990, Steve Jackson berencana membuat permainan terbarunya “The Illuminati Card Game”

Pada tahun yang sama,
secret service merazia kantor pembuatan game steve jackson.
 
mereka sangat tertarik pada file berjudul "Illuminist BBS".
 

Pada Tahun 1995, steve menerbitkan permainan terbarunya.
 
Mengapa Secret Service merazia permainan buatan steve?
 
Mari kita lihat...


Ini adalah salah satu kartu dalam game “The Illuminati Card Game”



Coba bandingkan dengan ini.



Lalu ada kartu yang ini.



Bandingkan dengan yang ini?




Kebetulankah?


Trus mengapa "The Secret Service" menggerebek kantornya steve jackson


Atau entah bagaimana ini semua sudah direncankan sejak lama.


dan entah bagaimana steve jackson bisa mengetahuinya?


Jika kita berasumsi bahwa steve jackson telah mengetahui rencana2 nya Illuminati, berarti kita bisa tahu apa rencana mereka selanjutnya dengan menafsirkan gambar2 dari kartu permainan lainnya....



Seperti ini.....


Population Reduction = Pengurangan Populasi

Apakah mereka merencanakan pemusnahan populasi penduduk dunia?


Coba baca artikel ini...


Kontrol Populasi Dunia


Begitu banyak fakta-fakta konspirasi dan ketidakadilan menyangkut PBB. Namun ada satu konspirasi PBB yang luput dari perhatian khalayak ramai yakni tentang
rencana Konspirasi untuk mengurangi populasi dunia sehingga dunia ini hanya dihuni oleh 500 juta manusia. Hal ini berarti pengurangan sekitar 93% penduduk dunia.

Hal tersebut berangkat dari pemikiran bahwa dunia dengan segala kekayaan alamnya, dengan seluruh ekosistemnya, rantai makanannya, serta sistem alamiah yang ada, tidak akan sanggup untuk menopang kehidupan umat manusia sebanyak sekarang—sekitar 6 miliar orang—dengan baik. Untuk menciptakan satu dunia yang lebih baik, maka diperlukan pengurangan jumlah populasi umat manusia sebanyak 93%-nya atau dunia ini hanya mampu untuk menopang kehidupan 500 juta manusia.


Yang unik,
Desember 2012 merupakan waku yang ditentukan oleh pihak Konspirasi untuk memulai program ini secara besar-besaran. Belum ada satu pun pihak yang mengetahui secara pasti mengapa Konspirasi mematok awal program yang akan mengurangi jumlah umat manusia secara drastis ini pada Desember 2012.

Temuan-temuan berkenaan dengan waktu tersebut sungguh mengagetkan. Berabad silam, suku bangsa kuno seperti Suku Maya, Suku Hopi, Kaliyuga, Aztec, dan juga Mesir Kuno telah meramalkan di dalam sistem kalender kuno mereka jika pada akhir tahun 2012 dunia lama akan berakhir dan dunia baru akan muncul. Perhitungan suku-suku kuno ini berdasarkan pada pergerakan bintang-bintang dan berbagai ramalan mistis yang ada.


Di abad milenium, ketika sebagian dinding Pentagon hancur ditabrak misil yang mirip sebuah pesawat jet kecil pada tanggal 11 September 2001 (baca Eramuslim Digest edisi 911 tentang kebohongan-kebohongan AS soal peristiwa WTC), segelintir elit AS yang juga merupakan tokoh-tokoh Konspirasi Paganisme Modern ini menginginkan agar Pentagon diubah dan dimodernisasi lebih canggih lagi dengan berbagai peralatan yang terkomputerisasi. Batas waktu bagi upaya modernisasi Pentagon ini adalah Desember 2012 …!!!


Bagaimana dengan kartu yang ini??



Apakah mereka merencanakan serangan UFO ke bumi???


Mari kita lihat proyek yang dilakukan amerika... dalam artikel ini..



Project Silverbug - The Avrocar



The US military was testing and flying UFO design aircraft in the 40's and 50's. They had as many as 35 saucer projects with vertical lift off and descent. The most highly classified was known by code name Silverbug.

Near the end of WWII the allied forces had gained superiorty over the Germans. Or so it seemed. The Germans were looking for a superior craft. The SSE and Vril societies were building craft that looked like UFO's and were capable of vertical take-off's and landings because most of their runways had been destroyed.



The project was headed by Dr. Richard Mehta, sometimes known as the 'Father of Saucerology'. He was hired by the German air force to build a saucer shaped craft that could vertically ascend and shoot down allied planes with rockets. Allegedly the war ended before Metha developed his ship.


The American government recruited some of the German scientists after the war to go to Canada and continue their work. Dr. Metha was one of these men. He work on a secret aircraft project at AVROW Aeronautics in Canada. These were saucer type flying machines.


These saucers were designed to 2300 miles per hour at an altitude of 80,000 feet. Though designed in 1955 the papers describing these design were not declassified until 1995. For over 40 year America's #1 top flying saucer project was top secret.


In the 1950's in Canada Avro revealed the Avrocar to the public.



In 1953 the Toronto Star reported on the development by Avro Canada of a disc-shaped VTOL (Vertical Takeoff and Landing) aircraft.


In February it was officially announced that a mock-up of the craft, designed by British engineer John Frost and developed by the Malton, Ontario plant, had been made - and indeed, photographs exist of technicians smiling from its twin cockpits.


The project of which the Avro-car was a part was originally known as Project Y, funded by Canada, but was taken over by the U.S. Air Force in late 1953 - early 1954, as their Project 606, with an interest by the US Army.


It was hoped that the vehicle, designated VZ-9V, would ascend vertically and reach flight speeds of 1,500 mph (2,400 km/hr). The President of Avro Canada wrote in Aero News that the prototype being built was so revolutionary that it would make other designs obsolete.


The craft was officially named the Avro-Car.By 1960 about 10 million dollars had been spent on the project. During tests, the aircraft could not rise more than four or five feet above the ground without becoming very unstable.


Attempts were made to design mechanisms to increase its stability without success. It was hoped that the project would consolidate the future of the A.V. Roe company, but it was discontinued in 1961, and A.V. Roe went out of business.



The prototype was placed in a military museum at Fort Eustis, Virginia. One view was that the failed project was simply window-dressing to cover tests of a captured alien flying disc.


The Avro-Car was (depending on the source of the information) 18 or 25 feet in diameter, and weighed 3600 lb.


It was powered by three centrally mounted gas turbine engines driving a 5 feet diam. central fan used for vertical takeoff. Once in the air the turbo-jet exhaust would be shifted to the rear giving the vehicle forward thrust to allow the aerodynamic body to generate lift.


Sixty years later, we have other VTOL aircraft, including circular drones with a central propeller, undoubtedly mistaken for extraterrestrial aircraft on the occasion, but we still do not have a decent supersonic flying saucer of terrestrial origin. 
Lalu bagaimana dengan kartu yang ini ??


Apakah mereka akan menghancurkan big ben, seperti pada gambar di kartu tersebut ??


Kartu-kartu yang lainnya... tafsirkan sendiri...







Konspirasi Flu Burung, Menteri Kesehatan Siti Fadilah, Menguak Konspirasi Bikin Senjata Biologi dari Flu Burung


Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari (59) bikin gerah World Health Organization (WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza (H5N1).
Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.


Fadilah menuangkannya dalam bukunya berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.
Selain dalam edisi Bahasa Indonesia, Siti juga meluncurkan buku yang sama dalam versi Bahasa Inggris dengan judul It's Time for the World to Change.
Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakuakn negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung.
"Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita," ujar Fadilah kepada Persda Network di Jakarta, Kamis (21/2).


Situs berita Australia, The Age, mengutip buku Fadilah dengan mengatakan, Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata biologi. Karena itu pula, bukunya dalam versi bahasa Inggris menuai protes dari petinggi WHO.


"Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport, dan lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya," ujarnya.
Fadilah mengatakan, edisi perdana bukunya dicetak masing-masing 1.000 eksemplar untuk cetakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Total sebanyak 2.000 buku.


"Saat ini banyak yang meminta jadi dalam waktu dekat saya akan mencetak cetakan kedua dalam jumlah besar. Kalau cetakan pertama dicetak penerbitan kecil, tapi untuk rencana ini, saya sedang mencari bicarakan dengan penerbitan besar," katanya.


Selain mencetak ulang bukunya, perempuan kelahiran Solo, 6 November 1950, mengatakan telah menyiapkan buku jilid kedua.


"Saya sedang menulis jilid kedua. Di dalam buku itu akan saya beberkan semua bagaimana pengalaman saya. Bagaimana saya mengirimkan 58 virus, tetapi saya dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk kelontongan. Virus yang saya kirimkan dari Indonesia diubah-ubah Pemerintahan George Bush," ujar menteri kesehatan pertama Indonesia dari kalangan perempuan ini.


Siti enggan berkomentar tentang permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memintanya menarik buku dari peredaran.
"Bukunya sudah habis. Yang versi bahasa Indonesia, sebagian, sekitar 500 buku saya bagi-bagikan gratis, sebagian lagi dijual ditoko buku. Yang bahasa Inggris dijual," katanya sembari mengatakan, tidak mungkin lagi menarik buku dari peredaran.

Pemerintah AS dikabarkan menjanjikan imbalan peralatan militer berupa senjata berat atau tank jika Pemerintah RI bersedia menarik buku setebal 182 halaman itu. Mengubah Kebijakan Apapun komentar pemerintah AS dan WHO, Fadilah sudah membikin sejarah dunia.

Gara-gara protesnya terhadap perlakuan diskriminatif soal flu burung, AS dan WHO sampai-sampai mengubah kebijakan fundamentalnya yang sudah dipakai selama 50 tahun. Perlawanan Fadilah dimulai sejak korban tewas flu burung mulai terjadi di Indonesia
pada 2005.

Majalah The Economist London menempatkan Fadilah sebagai tokoh pendobrak yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak flu burung.


"Menteri Kesehatan Indonesia itu telah memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini dalam menanggulangi ancaman virus flu burung, yaitu transparansi," tulis The Economist. The Economist, seperti ditulis Asro Kamal Rokan di Republika, edisi pekan lalu, mengurai, Fadilah mulai curiga saat Indonesia juga terkena endemik flu burung 2005 silam.


Ia kelabakan. Obat tamiflu harus ada. Namun aneh, obat tersebut justru diborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung.
Di tengah upayanya mencari obat flu burung, dengan alasan penentuan diagnosis, WHO melalui WHO Collaborating Center (WHO CC) di Hongkong memerintahkannya untuk menyerahkan sampel spesimen. Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah. Namun, ia juga meminta laboratorium
litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya ternyata sama. Tapi, mengapa WHO CC meminta sampel dikirim ke Hongkong?

Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal itu diambil dan dikirim ke WHO CC untuk dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian dibuat bibit virus.

Dari bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia menemukan fakta, pembuat vaksin itu adalah perusahaan-perusahaan besar dari negara maju, negara kaya, yang tak terkena flu burung.


Mereka mengambilnya dari Vietnam, negara korban, kemudian menjualnya ke seluruh dunia tanpa izin. Tanpa kompensasi. Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan, harga diri, hak, dan martabat negara-negara tak mampu telah dipermainkan atas dalih Global Influenza Surveilance Network (GISN) WHO. Badan ini sangat berkuasa dan telah menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110 negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak.


Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadi vaksin. Di saat keraguan atas WHO, Fadilah kembali menemukan fakta bahwa para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO CC. Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico, AS.


Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya tak diketahui. Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS.
Di lab inilah duhulu dirancang bom atom Hiroshima. Lalu untuk apa data itu, untuk vaksin atau senjata kimia?

Fadilah tak membiarkan situasi ini. Ia minta WHO membuka data itu. Data DNA virus H5N1 harus dibuka, tidak boleh hanya dikuasai kelompok tertentu.

Ia berusaha keras. Dan, berhasil. Pada 8 Agustus 2006, WHO mengirim data itu. Ilmuwan dunia yang selama ini gagal mendobrak ketertutupan Los Alamos, memujinya.


Majalah The Economist menyebut peristiwa ini sebagai revolusi bagi transparansi. Tidak berhenti di situ. Siti Fadilah terus mengejar WHO CC agar mengembalikan 58 virus asal Indonesia, yang konon telah ditempatkan di Bio Health Security, lembaga penelitian senjata biologi Pentagon.


Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus berjuang hingga tercipta pertukaran virus yang adil, transparan, dan setara. Ia juga terus melawan dengan cara tidak lagi mau mengirim spesimen virus yang diminta WHO, selama mekanisme itu mengikuti GISN, yang imperialistik dan membahayakan dunia.


Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski Fadilah dikecam WHO dan dianggap menghambat penelitian, namun pada akhirnya dalam sidang Pertemuan Kesehatan Sedunia di Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM) WHO di akhirnya menyetujui segala tuntutan Fadilah, yaitu sharing virus disetujui dan GISN dihapuskan.




Kebanyakan sudah terbukti dan akan terbukti
tonton videonya. New World Order = World War Three + Reducing Pops
semuanya sepertinya dikendalikan sebuah aliansi ingin menguasai dunia , sudah terbukti dengan invasi2 ke negara2 lain.
setelah penguasaan dunia , semua tunduk kepada mereka dan penulisan ulang sejarah pun dilakukan... pelan2 generasi selanjutnya tidak akan tahu ttg sejarah yang asli.
Share

Artikel Terkait:

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...